Minggu, 05 Juni 2011

POHON GAHARU (Aquilaria malaccensis)



Hutan di Indonesia merupakan salah satu sumber kekayaan alam yang dapat  dipertahankan bila dipelihara dan dikelola dengan baik. Hutan juga merupakan salah satu modal dasar yang sangat potensial bagi pembangunan di Indonesia, karena dapat memberikan manfaat serba guna bagi kelangsungan hidup manusia.
          Kebutuhan akan kayu terus meningkat seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan kebutuhan kayu tidak sesuai dengan potensi dan eksistensi bahan baku yang tersedia di hutan alam.
           Saat ini, kecenderungan masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan herbal untuk menjaga kesehatan dan mengobati berbagai penyakit semakin meningkat. Tumbuhan herbal seperti Sambiloto, Temulawak, Lidah buaya, Gaharu, dan lain-lain banyak diminati oleh masyakarat. Dalam hal ini Gaharu banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan untuk berbagai macam penyakit, misalnya penyakit stress, asma, liver, ginjal, radang lambung, radang usus, rhematik, tumor, dan kanker. Kini penggunaan Gaharu sebagai obat terus meningkat. Bahkan kini fungsi Gaharu juga merambah untuk bahan berbagai produk kecantikan (parfum dan sabun) dan dupa.
Pohon penghasil Gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan jenis pohon yang sejak lama dikenal oleh masyarakat dan mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai komoditi perdagangan yang penting dalam berbagai industri.
          Indonesia adalah produsen Gaharu terbesar di dunia dan menjadi tempat tumbuh endemik beberapa species Gaharu komersial dari marga Aquilaria seperti Aquilaria malaccensis, Aquilaria microcarpa, Aquilaria hirata, Aquilaria beccariana, Aquilara filarial, dan lain-lain. Di Indonesia tanaman ini dikelompokkan sebagai produk komoditi hasil hutan bukan kayu (HHBK). Budidaya Gaharu sangat cocok dikembangkan dalam meningkatkan hasil hutan non kayu, sementara pasarnya sangat luas dan tidak terbatas.
          Dengan nilai komersial yang demikian tinggi, volume perdagangan Gaharu semakin meningkat. Tingginya permintaan pasar dunia mengakibatkan perburuan Gaharu semakin meningkat dan tidak terkendali disamping kurangnya pengawasan serta daya dukung hutan yang semakin terbatas mengakibatkan potensi pohon penghasil gaharu khususnya dari genus Aquilaria semakin menurun.
1.    Sifat Botanis
            Gaharu memiliki keadaan kayu teras berwarna kuning tua. Bunga dan buah menyerupai malai, dalam ketiak daun. Buah bulat atau bulat telur ke dalam jenis berbiji satu. Permukaan batang Gaharu licin, berwarna keputih-putihan, kadang-kadang beralur dan kayu biasanya keras. Bentuk daun lonjong agak memanjang dengan ukuran panjang 6-8 cm, lebar 3-3,5 cm, bagian ujung daun meruncing, daun yang kering biasanya berwarna abu-abu kehijauan, tepi daun agak bergelombang, melengkung, kedua permukaannya licin dan menkilap. Tulang daun sekunder  12-16 pasang. Bunga terdapat pada ujung ranting, ketiak daun atau kadang-kadang dibawah ketiak daun. Bunga berbentuk lancip, panjang sampai 5 mm, berwarna hijau kekuningan atau putih, berbau harum. Buah berbentuk bulat telur atau agak lonjong, panjangnya sampai 4 cm, lebar 2,5 cm. Bentuk biji bulat telur, tertutup rapat oleh rambut yang berwarna merah.
            Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil Gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aquilaria malaccensis (BSN, 1999).
          Gaharu merupakan hasil dari jenis kayu tertentu yang terdapat dalam hutan. Degan kata lain, gaharu atau gubal gahau merupakan substansi aromatik (aromatic resin) barupa gumpalan atau padatan berwarna coklat muda sampai coklat kehitaman yang terbentuk pada lapisan dalam kayu tertentu.
            Gaharu (Aquilaria malaccensis) merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang memiliki mutu sangat baik dengan nilai ekonomi tinggi karena kayunya mengandung resin (Kosmiatin, Husni dan Mariska, 2005).
                  Tanaman Gaharu termasuk dalam suku Thymelaeceae dan terdapat 16 spesies dari genus Aquilaria. Pohon penghasil Gaharu termasuk kedalam jenis toleran (Surata dan Wedana, 2001 dalam Fajeriani, 2007).
          Pemanfaatan Gaharu dari alam secara tradisional di Indonesia (Kalimantan dan Sumatera), akan menjamin kelestarian pohon induknya, yaitu hanya mengambil bagian pohon yang ada gaharunya saja tanpa harus menebang pohonnya.  Pemanenan Gaharu sebaiknya dari pohon-pohon penghasil Gaharu yang mempunyai diameter di atas 20 cm (Senu, 2008).
2.    Tempat Tumbuh dan Penyebarannya
         Menurut Surata (2001) dalam Fajeriani (2007), pohon Gaharu tumbuh di daerah tropis dengan penyebarannya di Asia, mulai dari India, Pakistan, Myanmar, Srilanka, Laos, Kamboja, Thailand, Cina Selatan, Malaysia dan Indonesia. Adapun di Indonesia pohon Gaharu banyak tumbuh di wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Maluku, Sulawesi, Irian Jaya, dan Nusa Tenggara.
        Pohon penghasil Gaharu dapat tumbuh dengan baik pada kondisi curah hujan rata-rata 1500-2500 mm per tahun, temperatur berkisar 27-32ÂșC, kelembaban relatif berkisar 60-70% (Surata dan Wedana, 2001 dalam Fajeriani, 2007).
         Tempat tumbuh untuk tanaman Gaharu adalah pada ketinggian antara 50- 400 m di atas permukaan laut, struktur tanah liat berpasir dengan ratio berkisar 60 liat/30 pasir. Pohon penghasil Gaharu bisa hidup hampir di semua jenis tanah, namun tanah yang berforous yang palig disukai. Intensitas cahaya yang dibutuhkan oleh pohon inti sekitar 40-60% (Citra Alam Bastari, 2003 dalam Fajeriani, 2007).
3.    Pertumbuhan
             Aquilaria malaccensis termasuk ke dalam pohon yang tidak berbanir dan pertumbuhan pada masa dewasa bisa mencapai tinggi pohon ± 25 m dengan diameter ± 50 cm. Pohon Gaharu dapat mencapai 40 m dengan diameter batang mencapai 60 cm.
Di daerah potensial, tinggi pohon spesies ini dapat mencapai 40 m dengan diameter batang 80 cm. Iklim daerah tumbuh tersebut panas dengan suhu rata-rata 32°C dan kelembaban sekitar 70%. Curah hujannya kurang dari 2.000 mm/tahun.
4.    Nama Daerah
             Aquilaria malaccensis yang juga dikenal sebagai pohon karas, mempunyai banyak sekali nama daerah antara lain di Sumatra disebut : Ahir, Gaharu, Garu, Halim, Karas, Kereh, Mengkaras, Seringgak. Di Kalimantan disebut Baru, Gambil, Sigi-sigi. Di Malaysia disebut Ching keras, Gaharu, Gloop, Garu, Kekeras dan Kepang.
5.    Species Aquilaria
             Terdapat 16 species dari genus Aquilaria yang mempunyai nilai komersial yang tinggi.                    16 species tersebut beserta penyebarannya di negara lain adalah :
No.
Nama Species
Negara Penyebaran
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.


Aquilaria subintegra
Aquilaria crassna
Aquilaria malaccensis
Aquilaria apiculata
Aquilaria baillonil
Aquilaria baneosis
Aquilaria beccariana
Aquilaria brachyantha
Aquilaria cumingiana
Aquilaria filarial
Aquilaria grandiflora
Aquilaria hirata
Aquilaria khasiana
Aquilaria microcarpa
Aquilaria rostrata
Aquilaria sinensis


Thailand
Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam
Thailand, India, Indonesia
Philipina
Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam
Vietnam
Indonesia
Malaysia
Indonesia, Philipina
Papua Nugini, Cina
Cina
Indonesia, Malaysia
India
Indonesia, Malaysia
Malaysia
Cina


DAFTAR PUSTAKA
Fajeriani, 2007. Pengaruh Pemberian Ektomikoriza dan Endomikoriza Terhadap Peertumbuhan Pohon Penghasil Gaharu (Aquilaria malaccensis) di Bawah Trubusan Accasia mangium di Desa Sabuhur, Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru;
Kosmiatin, M. Husni, A. Mariska, I, 2005. Perkecambahan dan Perbanyakan Gaharu Secara  In Vitro. Bogor;
Senu, 2008. Perkembangan Gaharu dan Prospeknya di Indonesia. Jakarta;
Standar Nasional Indonesia (BSN), 1999. Gaharu. Jakarta.